Piala Dunia Menjadi Tempat Judi Bola Online – Ajang sepak bola terbesar yang diselenggarakan oleh FIFA, Piala Dunia. Menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh para pecinta sepak bola. Semua edisi sebelumnya, World Coupe 2022, semua grup orang tua, dewasa, remaja dan ibu dari di dunia. Bahkan, salah satu desa di Ambon dihiasi bendera negara peserta Piala Dunia.
Tak hanya di perkotaan, hingga di pedesaan pun masyarakat heboh dengan siaran langsung Piala Dunia. Masyarakat di pedesaan rela membeli langganan televisi untuk memuaskan keinginan menonton Piala Dunia, hal yang biasanya tidak mereka lakukan.
Namun, beberapa orang sering memanfaatkan kemeriahan dan kegembiraan yang ditimbulkan oleh acara sepak bola terbesar untuk mendapatkan keuntungan dari taruhan sepak bola. Menurut Barclays Plc, hingga Rp 574 triliun telah dipertaruhkan di Piala Dunia 2022. Banyak sekali situs judi yang digunakan oleh oknum-oknum yang tidak bermoral untuk aktivitasnya.
Selain itu, mereka juga menjalankan permainan taruhan pribadi dengan denominasi tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut tentu akan membawa akibat yang sangat buruk, tidak hanya secara ekonomi tetapi juga secara emosional karena akan menimbulkan banyak dampak.
Contoh buruknya adalah seorang pria asal Sitaro, Sulawesi Utara, yang membakar rumahnya sendiri karena memenangkan taruhan Piala Dunia senilai Rp 200.000. Selain itu, pelajar juga sering tertipu untuk bertaruh sepak bola di website. Seharusnya mereka bisa menghidupi diri sendiri selama belajar dengan uang orang tua, namun uang tersebut disalahgunakan.
Contoh lainnya adalah beberapa orang di televisi membanting pintu karena tim kesayangannya kalah. Dari segi ekonomi, taruhan sepak bola jelas sangat merugikan. Apapun nilai nominalnya pasti akan ludes, karena taruhan pada dasarnya adalah permainan untung-untungan, tidak ada jaminan kemenangan dan sebaliknya: kekalahan sudah di depan mata.
Viralnya Piala Dunia Menjadi Tempat Judi Bola Online
Beberapa dari insiden ini dapat dihindari jika kita meningkatkan kesadaran, karena pihak berwenang akan kewalahan dalam memantau begitu banyak penjudi sepak bola. Sekalipun para pemain dan bandar taruhan diawasi, mereka akan tetap hadir, karena pentingnya kesadaran diri untuk kesejahteraan, finansial dan mental sebagai tanda kedewasaan.
Sehubungan dengan fenomena di atas, hal ini telah dimasukkan dalam teori agenda setting yang dikembangkan oleh Mc Combs dan Shaw (1972). Teori agenda setting berasumsi bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, media akan memastikan bahwa masyarakat menganggap peristiwa tersebut penting.
Dalam hal ini media memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam memberitakan isu-isu terkait Piala Dunia untuk mempengaruhi asumsi masyarakat. Sehingga diasumsikan bahwa apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat, sehingga menyebabkan masyarakat tertarik dan menyambut baik Piala Dunia.
Media pada era saat ini sangat beragam mulai dari media konvensional, media elektronik, radio hingga media online. Media-media ini sangat mempengaruhi peningkatan taruhan sepak bola karena kemudahannya ditawarkan dan diakses secara luas. Selain itu, kemunculan iklan di berbagai media sosial juga menjadi faktor penentunya.
Namun, tak jarang orang-orang tertentu memanfaatkan kemeriahan dan kemeriahan acara sepak bola terbesar untuk mendapatkan keuntungan dari taruhan sepak bola. Taruhan Sepak Bola tidak hanya buruk secara finansial, tetapi juga secara emosional karena akan menimbulkan banyak konsekuensi.
Contoh buruknya adalah seorang pria di Sitaro, Sulawesi Utara. Yang membakar rumahnya sendiri karena memenangkan taruhan Piala Dunia senilai Rp 200.000. Oleh karena itu, fenomena di atas telah dimasukkan dalam teori agenda setting yang dikembangkan oleh Mc Combs dan Shaw (1972).
Teori penetapan agenda berasumsi bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa. Hal itu akan memastikan bahwa masyarakat menganggapnya penting. Dalam hal ini media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam memberitakan isu-isu terkait Piala Dunia. Hingga mempengaruhi asumsi masyarakat.